Kamis, 29 Agustus 2013

Ganesa pembentukan mineral emas- Epithermal system


Magma merupakan  larutan  silikat  panas  yang  mengandung  oksida, sulfida  dan  zat-zat  mudah  menguap  (volatile)  yang  terdiri  dari  air,  CO2,  S, Chlorin, Fluorin dan Boron yang dikeluarkan ketika pembekuan magma terjadi.
Emas pembentukannya berhubungan dengan naiknya larutan sisa magma ke atas permukaan yang dikenal dengan istilah larutan hidrothermal. Suatu cebakan bijih hasil proses hidrothermal  dalam pembentukkannya  harus melalui tiga proses yang meliputi proses differensiasi, migrasi dan akumulasi (pengendapan).

Proses  differensiasi  berlangsung  pada  magma  sehingga  dari  suatu sumber magma akan terbentuk berbagai macam mineral-mineral baru. Proses differensiasi ini dapat diakibatkan oleh :
1.  Kristalisasi
2.  Gravitasi
3.  Pemisahan cairan
4.  Assimilasi

Melalui differensiasi unsur-unsur magma mengalami perubahan dan membentuk endapan mineral sulfida dan oksida magmatik yang biasanya tersebar. Sebelum kristalisasi berakhir seluruh cairan sisa akan ditekan keluar membentuk pegmatit, dan kemudian apabila pemadatan telah atau hampir sempurna, akan terbentuk larutan sisa magma yang mudah bergerak (larutan hidrothermal). Larutan ini akan membentuk endapan logam/mineral epigenetik (Suganda).


Gambar 1. Sistem hydrothermal magmatik(Corbett & Leach, 1995)

Seperti pada gambar 2.1 Larutan hidrothermal tersebut naik ke atas permukaan melalui zona struktur seperti patahan, sesar, rekahan  maupun kontak litologi, yang kemudian bercampur dengan air meteorik sehingga mengalami proses pendinginan yang akan membentuk urat-urat (vein) yang bentuknya tergantung dari rongga yang dihasilkan oleh struktur. Selama terjadi proses ini batuan yang diterobos akan mengalami ubahan (alterasi) yang diikuti oleh perubahan sifat fisik dan komposisi kimia. Perubahan meliputi: perubahan warna, porositas dan tekstur. Zona alterasi sendiri terdiri dari :

  • Zona silisifikasi

Zona ini biasanya sangat keras, banyak mengandung kuarsa berukuran kriptokristalin, berwarna putih   agak bening, mineral pengikutnya saponit, khlorit, anhidrit, gypsum dan andalusit.

  • Zona argilik
Dicirikan oleh kehadiran mineral lempung (kaolinit), pirit (FeS2), kalkopirit, kuarsa selalu hadir dan biasanya terbentuk di dekat vein. Warnanya putih- kuning muda  kecoklatan, permeabilitas cukup besar, jika dipegang  agak lunak.
  • Zona potasik
Terbentuk karena adanya penambahan unsur Fe dan Mg yang diikuti oleh adanya sulfida dengan kadar rendah.
  • Zona propilit
Zona terluar dari sistem hidrothermal, warnanya hijau dan cukup keras, dengan mineral pengikutnya klorit, epidot, kalsit, pirit, sedangkan mineral bijih yang sering terkandung adalah galena, sphalerit sinabar.

Sistem hidrothermal berdasarkan tingkat kedalaman, tekanan dan temperaturnya, dikelompokkan menjadi 3 sistem :

o   Hipothermal
o   Mesothermal
o   Epithermal
Endapan emas epithermal merupakan endapan   hidrothermal yang terbentuk pada temperatur rendah (50 0–300°C) pada kedalaman antara 0-1000m (Hedenquist, 1985). Ditinjau  dari macam batuan yang ditempatinya (host rock), dibagi menjadi :
o   Batuan vulkanik
o   Batuan sedimen
Daerah pengendapan yang luas nilainya tidak terlalu ekonomis, endapan ekonomis emas hanya dapat terbentuk melalui beberapa mekanisme yang menyebabkan peningkatan pengendapan dan pengkonsentrasian dalam suatu wilayah yang terbatas mengingat kandungan emas yang sangat kecil. Ada beberapa tahapan yang memungkinkan hal ini dapat terjadi :
o  Pendinginan
o  Interaksi air dengan batuan samping
o  Pencampuran fluida
o  Pendidihan fluida


 




2 komentar:

  1. Beberapa petunjuk penting yang mengontrol terbentuknya endapan emas sistem epithermal:
    1. Aliran fluida dan transportasi logam
    Aliran fluida dan transportasi dikontrol oleh struktur (fault, patahan, rekahan) yang memungkinkan larutan hydrothermal untuk bergerak, dengan presentase aliran sebagian besar secara lateral.
    2. Kontrol litologi dan struktur
    Digunakan untuk mengetahui penyebaran vein dan jenis endapannya apakah terbentuk bersamaan dengan mineralisasi atau sesudah mineralisasi.
    3. Alterasi
    Urat kuarsa (vein) yang mengandung emas atau tidak pembentukannya diikuti oleh fase alterasi batuan samping. Argilik biasanya terbentuk disekitar vein dan yang terluar ialah propilit, perkembangan argilik dan propilit tergantung dari permeabilitas batuan sampingnya.
    4. Tingkat erosi / pelapukan
    Tingkat erosi atau pelapukan merupakan proses sekunder yang berperan untuk tersingkapnya zona urat kuarsa emas terhadap permukaan.

    Refrensi :
    -Suganda, A.H., Geologi Ekonomi, Bagian Geologi Universitas Padjajaran, Bandung.

    -Davis, J.D., Radtke, A.S. , 1990, Epithermal Precious Metal Deposits Their
    Characteristics and Exploration Guides, Practical Guide Book for The Course on Epithermal Precious Deposits, Western Australian School of Mine.

    BalasHapus
  2. mantap mas ilmunya
    mas kalau terbentuknya emas di daerah yang tidak memiliki gunung api bagaimana kah?

    BalasHapus